Minggu, 17 Oktober 2010

Pengalaman dan perjuangan untuk sekolah lagi ...

Setelah hampir 5 tahun lulus dan tidak sekolah, akhirnya saya diberi kesempatan lagi oleh Allah SWT untuk menuntut ilmu lagi. Dan sungguh tidak disangka, kesempatan itu sangat luar biasa yaitu belajar di negeri orang, di University of Leeds, United Kingdom.


Untuk bisa mendapatkan kesempatan belajar (kalau di PNS biasanya tugas belajar atau ijin belajar) memang perlu perjuangan dan pengorbanan yang kadang tidak kecil. Perjuangan seperti mengikuti kursus atau tes bahasa Inggris (TOEFL atau IELTS). Pengorbanan seperti harus meninggalkan keluarga untuk beberapa saat, baik saat kursus ataupun saat belajar, bagi mereka yang berusaha sendiri (menggunakan biaya sendiri) maka ada juga pengorbanan dari sisi finansial. Semua itu harus dihadapi dan dijalani, walau kadang kita merasa capek, tidak yakin dan semua perasaan yang menjauhkan kita dari keberhasilan.


Perjuangan saya untuk kembali ke sekolah telah saya mulai sejak setahun sebelumnya di awal 2009. Dimulai dengan mendaftar ke berbagai universitas di Australia dan New Zealand, akhirnya saya mengetahui bahwa universitas non-US lebih menghendaki hasil tes bahasa Inggris IELTS dibandingkan TOEFL. Sejak saat itu saya mulai kursus IELTS Preparation di CILACS UII Yogyakarta dan segera menjalani tes IELTS di Semarang pada bulan April 2009. Untuk mengikuti tes IELTS ini juga tidak mudah, selain syarat tes yang lebih ketat daripada TOEFL (isi formulir lengkap foto dan hanya boleh bawa pencil-pena-penghapus dan sebotol air minum saat tes), biayanya juga tidak sedikit, sekitar US$ 180-205 per tes.


Bagi yang belum mengetahui tes IELTS, tes ini terdiri atas 2 jenis, Academic dan General. Academic diperlukan untuk sekolah dan kursus, General diperlukan untuk keperluan kerja. Kedua jenis IELTS tersebut, terbagi dalam 4 bagian tes, yaitu Listening, Reading, Writing dan Speaking. Jadi sangat mencerminkan kemampuan berbahasa Inggris kita, hal yang menurut saya berbeda dengan TOEFL (yang biasanya hanya Listening dan Reading). Dan jangan lupa, nilai IELTS berlaku selama 2 tahun sejak tanggal tes, sama halnya dengan TOEFL.

Tidak disangka, hasil IELTS saya 6.0 dengan hasil writing hanya 5.0. Padahal untuk bisa diterima di universitas yang baik, diperlukan hasil rata-rata 6.5 dengan nilai per bagian minimum 6.0. Setelah belajar lagi selama 2,5 bulan, saya kembali mengikuti tes IELTS lagi di bulan Juli 2009. Akhirnya ada peningkatan, overall score 6.5 tapi writing score masih 5.5. Di tahap ini, kita harus tegar, di satu sisi kita merasa kecewa karena nilai ini ternyata belum cukup untuk bisa lulus tanpa syarat (istilahnya unconditional offer) ke universitas yang baik, padahal kita sudah membayar biaya tes yang sangat tinggi. Tetapi di sisi lain, kita juga harus bersyukur dan melihat ada peningkatan nilai. Artinya, kita masih bisa berkembang jika kita mau berusaha dan belajar.


Setelah itu saya tetap belajar dan rajin mencari beasiswa di internet, bahkan di trimester akhir 2009 juga mendapat tawaran untuk berbicara di suatu konferensi di Singapore (International Quality and Productivity Centre - Healthcare Management and Informatics). Walaupun nampak seperti di luar usaha untuk kembali ke sekolah, tawaran menjadi pembicara dalam konferensi juga merupakan bagian yang mendukung keberhasilan saya. Salah satunya adalah saya harus membuat presentasi dan teks dalam bahasa Inggris, melatih percaya diri untuk berbicara bahasa Inggris di depan orang banyak dan juga bisa masuk dalam CV (ini juga penting!). Konferensi tersebut berhasil saya jalani dengan baik dan mendapat respon yang cukup baik dari audience di bulan Februari 2010.


Sekembali dari Singapore, saya mendapat informasi mengenai beasiswa dari DSF (Decentralization Support Facility) melalui Kementerian Dalam Negeri RI. Dalam waktu yang singkat, saya segera mendaftar dan melengkapi persyaratannya (saya dapat informasi hanya 3 hari menjelang deadline). Kejutan! Mengapa? Karena ini adalah beasiswa ke-4 yang saya ikuti selama ini dan saya mendapat kabar yang positif. Dalam 1,5 bulan saya mendapat panggilan untuk melakukan wawancara di Badan Diklat Kementerian Dalam Negeri RI di Kalibata, Jakarta. Singkatnya, saya akhirnya dikursuskan IELTS lagi selama 7 minggu dan di akhir kursus harus menjalani tes IELTS, kali ini gratis tentunya karena dibayar oleh sponsor. Agar bisa lulus, beasiswa, saya harus mendapat minimum overall score 6.5 dan tidak ada score per bagian di bawah 6.0.


Di awal bulan Agustus 2010, akhirnya saya menerima hasil IELTS saya ... overall score 6.5, listening 7.0, reading 6.5, writing, 6.0, speaking 6.5. Sepintas nampak bahwa tidak ada kenaikan, overall score masiih sama dengan tes tahun lalu, bahkan speaking malah turun 0.5. Tapi sebetulnya, hasil IELTS kali ini sangat berharga dan merupakan keberhasilan besar. Mengapa? Karena minimum overall score tercapai dan tidak satupun ada nilai di bawah 6.0, artinya nilai IELTS kali ini bisa digunakan untuk sekolah (hampir) di manapun. dan memang pada akhirnya, saya lulus beasiswa DSF dan mendapat unconditional offer dari University of Leeds.


Apa pelajaran yang bisa saya (atau kita) ambil dari pengalaman tersebut?

  • Bahwa kita harus berusaha dan pantang menyerah.
  • Setiap usaha pasti ada pengorbanan tapi di ujung usaha tersebut pasti ada sesuatu yang berharga dan bisa kita pelajari untuk ke depan.
  • Kita masih bisa berkembang (dalam hal ini saya membuktikan dari hasil usaha saya belajar bahasa Inggris).
  • Dan seperti yang selalu diingatkan istri saya kepada saya, "Kamu harus berusaha keras dan setelah itu berserah diri, karena yang menentukan pada akhirnya adalah Allah SWT. Jika kamu tidak berserah diri maka semuanya akan terasa berat"

3 komentar:

sang petualang mengatakan...

Gooood posting! Kapan ya gw bs ke luar negeri buat sekolah? Apalagi pake keringetan kaya Joep...

ummu mumtazah mengatakan...

HEhehe...congratulation joep..Perjuangannya memang berat, Overall score ku persis sama kaya Joep tanpa ada yang di bawah 6, makanya bisa keterima di sydney uni kemaren. Tapi ya itu.. mesti 2 kali ikut tes.. tes yang terakhir baru berhasil. Alhamdulillah lagi rejekinya.Tapi salut buat Joep dengan perjuangannya...:)sekali lagi congratulatin.. !

Gede Arya Wiryana mengatakan...

Bravo...terharu smp bacanya...smp menetes airmataku..
dari seorang teman...