Senin, 12 Oktober 2009

dJogjakarta : a Never Ending Story

Akhirnya aku posting juga tulisan ini. Diiringi lagu Jogjakarta by Kla Project aku menyelesaikannya. Aku baru menyadari syair lagu tersebut yang cocok sekali dengan suasana hatiku saat ini. Jogjakarta, we will always miss u. Hanya dua hari kami berada di Jogja. Maaf buat temans yang tidak sempat kami kunjungi, terutama Yuni EA.

Akhirnya sampai juga kami di Jogjakarta. Kota penuh kenangan. Yang ga akan terlupakan di mana pun dan kapan pun aku kan berada. (deuh...)

Kami sampai tengah malam. Di kost abi. Hmm...ternyata lumayan rapi juga kostnya (good job). Sejak dari Bandar Lampung baru di sini kami bongkar isi bagasi. Huah...ternyata banyak juga bawaan kami dari sana. Sebenernya aku pengen langsung beres", tapi si abi dah kecapekan berat, lagian sudah teramat sangat larut, so kami pun langsung beristirahat aja (di tengah tumpukan CPU dkk, kardus" n tas" bawaan kami).

Pagi baru kami beres" kamar. Sorenya barulah kami jalan" menyusuri kota djogja. Ke alun" utara. Kata abi di sana ada nasi goreng yang enak. Aku menikmati setiap inci perjalananku ke sana. Melewati kampus tercinta, melewati jalan kaliurang. Melewati Mirota. Melewati Malioboro. Syukurlah lebaran sudah lewat berhari yang lalu, sehingga Malioboro tidak sepadat seperti pas hari besar/libur. Sengaja kami memilih motoran aja. Anak" juga sangat menikmati perjalanan ini. Eh, ternyata ramai banget alun" utara. Baru nyadar kami kalau sekarang sedang syawalan. Pantes. Sampai berderet bis" di sana. Asyiknya, di alun" sedang ada pesta kembang api. Subhanallah... Pas banget ya. Makan lesehan sambil ditemani pesta kembang api.

Karena besoknya abi mau ujian, kami pun tidak bisa berlama" menikmati suasana itu. Tapi alhamdulillah...walaupun sedang lemas karena diare ditambah laringitis yang belum sembuh juga, aku dan juga anak" bisa menikmati suasana alun" utara yang sedang heboh itu.

Pagi harinya sebenernya aku ingin mengajak anak" ke Malioboro. Tapi sebelumnya aku ingin mengunjungi kampus tercinta. Eh, ternyata aku malah nyangkut di kampus sampai siang. Ga jadi deh ke Malioboronya :)

PICT0035Langsung kutuju Masjid Ibnu Sina sesampainya di kampus. Duh...rasanya rindu sekali dengan masjid ini. Sekarang masjidnya dah megah sekali. Ruang akhwat sekarang ada di lantai atas. Sementara aku dhuha, kubiarkan kedua jagoanku berlari" di lantai atas itu. Ada satu yang kupikirkan. Kenapa sekarang masjidnya sepi ya? Dulu masjid ini tidak pernah sepi dari pengunjung. Selalu ada saja yang sholat, tilawah, atau sekedar beristirahat sebelum memulai hari atau melepas penat setelah seharian beaktivitas di kampus. Takmir masjid n LDK juga selalu membuat kegiatan untuk meramaikan masjid ini. Kami dari keputrian juga bermarkas di sini, walaupun secara struktural di bawah BEM. Namun saat itu kulihat hanya dua orang ikhwan yang sedang asyik dengan laptopnya di lantai bawah dan dua orang akhwat yang sedang ngobrol di lantai atas. 'Mungkin sedang ada kuliah atau praktikum ya' pikiranku mencoba berhusnudzon. Yang jelas saat itu aku tidak perlu merasa resah karena kehebohan kedua jagoanku yang sedang berlarian ke sana ke mari.

Setelah selesai dhuha, aku pun mulai mengajak anak" menjelajahi seisi kampus. Megah sekali kampusku sekarang. Ada tiga gedung baru yang kulihat. Gedung radioputro, gedung Ismangun dan gedung perpustakaan baru. Gedung radioputro adalah gedung laboratorium terintegrasi plus skills lab. Aku pernah masuk ke sana saat dulu mengantar abinya mulai skul. Yang jadi pertanyaanku adalah jika labnya digabung begitu, terus gedung" lab lama buat apa ya? Aku mencoba mencari jawab pertanyaanku dengan menyusuri gedung" lab lama yang masih bertahan itu satu demi satu. Lab mikro kulihat masih sama seperti dulu. Bahkan di tempat praktikumnya kulihat sepertinya masih belum berubah. Begitu pula lab anatomi, histo, PA, PK, dan farmasi. (akhirya kudapat penjelasan dari suami bahwa anatomi dan histo masih praktikum di tempatnya yang lama. nha terus lab" yang lain bagaimana?). Lab faal dan farmako yang sudah tinggal kenangan karena berubah menjadi gedung radioputro tersebut.

PICT0037Di depan IKM kami berhenti sejenak. Anak" melanjutkan sarapannya dengan session kedua di kantin IKM. Hmm...biarpun kantinnya elite, harganya ternyata masih tetap harga mahasiswa dan jelas jauh lebih murah daripada harga makanan di Lampung :). Anak" bermain" di taman IKM dan asyik melihat ikan" di kolamnya. Mereka bahkan mendapatkan kawan" baru, anak" ibu" kantin :) Kubiarkan mereka bercengkrama dan bersenang". Lucu juga membayangkan dulu aku masih gadis sewaktu masih skul di sini dan wira wiri ke lab komputer di lantai atas IKM buat ngenet. Sekarang lihatlah, sudah dua buntut yang kubawa ke sini dan aku hanya perlu membuka laptopku di kursi" di taman ini untuk menikmati free hotspot yang disediakan IKM (sayangnya saat itu servernya sedang down). Mahasiswa" S2 IKM berseliweran di sekitar kami.

Kemudian kuajak anak" menuju mantan lab parasit. Kubaca sekarang sudah menjadi gedung kuliah kesehatan kerja. Hmm..harusnya aku mendalami dulu di sini kalau mau melanjutkan karier di kantorku. Sayangnya itu tidak ada dalam rencana masa depanku. Di halaman gedung ini juga disediakan kursi" untuk menikmati free hotspotnya. Sepertinya biomed juga menempati bagian dari gedung itu karena kulihat ada tulisannya di sana.

Dari parasit aku langsung bablas ke mantan gedung skills lab. Sekarang gedung itu sudah disulap menjadi gedung S3. S3 apa aku juga tidak tahu. Mungkin IKM juga. Tidak ada keterangan di sana dan aku pun agak segan untuk bertanya karena aku tidak ingin membiarkan anak" di luar sendirian sementara aku blusukan ke dalamnya.

Kami pun melanjutkan perjalananku ke perpustakaan. Sekarang gedung perpus yang sangat megah itu dijaga satpam di depan pintu masuknya. Sebenarnya aku ingin sekali masuk ke dalamnya. Si kk juga bilang ingin masuk ke sana. Walaupun anak" berjanji tidak akan menimbulkan keributan, aku tidak ingin mengambil resiko membawa kedua jagoanku yang tidak bisa diam itu untuk memasuki perpustakaan. Akhirnya kami hanya mengitarinya saja.

Waktu sudah cukup siang ketika kami bertiga sampai di ruang kuliah. Kulihat ada sesi kuliah yang sedang akan berlangsung di lantai atas. I wonder mahasiswa luar negeri apa masih ikut kuliah bersama mahasiswa reguler? Karena kulihat gedung perpus lama sudah berubah menjadi gedung kelas internasional. Tetapi kulihat masih ada wajah" asing di antara mahasiswa yang akan kuliah tersebut. Di lobby anak" kembali berlarian dan bersenang". Kubiarkan saja mereka menikmati kebebasan mereka diiringi tatapan para adik mahasiswa calon dokter tersebut. Akhirnya setelah anak" kecapekan, diiringi siliran angin di lobby, kubiarkan anak" tergeletak di kursi" lobby, bersiap menuju mimpi siang mereka. Sebenarnya aku inginnya menidurkan mereka di masjid saja (duh...kok aku masih merasa hommie di masjid ya?), tetapi membawa dua orang yang sudah ngantuk dalam gendongan menuju masjid yang lumayan jauh bukanlah pilihan bijaksana. Apalagi abi mengabarkan bahwa ujiannya belum selesai. Ternyata selesai ujian si abi mengabarkan pula kalau harus ikut rapat (inilah resiko kalau si abi jadi ketua angkatan). Karena kelamaan menunggu, akhirnya kubangunkan kk dan kugendong adik menuju ke masjid.

Sebelum pulang, kami bertemu dengan Hida, kawan satu angkatan dulu. Sekarang dia residensi di DV dan suaminya juga kebetulan residensi di anak. Aku banyak bertanya tentang DV kepadanya. Dari dia juga kudengar berita bahwa Yuni, my best friend, sedang mempersiapkan ujian masuk DV yang akan diadakan awal oktober ini.

PICT0030Sebelumnya, kami sempetin berpose sejenak di Taman Medika. Oya, aku terkesan sekali dengan adik"ku para calon dokter ini. Dari isu yang kudengar, sekarang mahal sekali untuk masuk ke FK. Harus menyediakan duit minimal 100 juta kalau ingin ke sana. Aku tidak tahu apakah gosip itu benar adanya. Kalau benar, aku sangat menyesalinya sekaligus bersyukur. Menyesal karena aku tidak tahu akan menjadi dokter sematre apa kelak adik" tercinta itu jika harus menyediakan modal sebanyak itu, tapi sekaligus bersyukur bahwa aku sudah mentas dari kampus tanpa perlu mengeluarkan duit banyak". Tapi ternyata penampilan para calon sejawat itu tetap biasa saja, selayaknya mahasiswa yang lain. Masih banyak pula kulihat sepeda yang diparkir di halaman parkir. Beberapa kulihat berdiskusi di TM dengan laptop. Masih wajar kupikir. Hmm...ternyata tidak seseram bayanganku semula bahwa kampusku tercinta akan berubah menjadi kampus kaum borju. Salut.

Akhirnya kami pulang ke kost abi. Hanya sebentar kami di sana, sekedar mempersiapkan diri karena kami harus secepatnya kembali ke Salatiga dan berpisah dari abi.

PICT0050Kami mampir makan siang di Steak Waroeng. Aku ingat dulu resto ini menjadi jujugan para mahasiswa karena harga steaknya betul" bersahabat untuk kantong mahasiswa. Aku tidak tahu sekarang. Enam tahun berlalu harga steaknya sudah dua kali lipat lebih. Sudah lama juga aku tidak makan steak, jadi tidak tahu berapa rata" harga steak sekarang. Tapi kupikir masih murah juga harga steak di resto itu. Di sana kami baru tersadar kenapa selama dalam perjalanan ini si adik susah sekali disuruh makan. Rupanya gigi gerahamnya sedang tumbuh. Wah...padahal sudah membikin maknya ini esmosi tiap kali harus nyuapin makannya. Hmm...maafkan ummi ya nak.PICT0051

Akhirnya kami harus berangkat ke Salatiga. Kami harus melepaskan abi di sana. Kami harus berpisah darinya dan entah kapan bisa bertemu lagi. Maghrib kami sampai Salatiga. Hanya sempat mandi sore ketika abi sudah harus diantar kembali ke Yogya. Anak" menangis ingin bersama abinya lagi, akhirnya kami pun ikut kembali lagi ke Yogya. Aku tahu itu hanya sedikit lebih memperlama kebersamaan kami. Perpisahan itu pun harus terjadi juga. Abi melepas kami di kostnya.

Selamat tinggal, abi. Doa kami selalu menyertaimu. Semoga Allah selalu menjagamu di sana. (diiringi lambaian anak" dan tangisan si kecil).

Sabtu, 10 Oktober 2009

Menculik Miyabi

Jangan salah sangka kalau saya menulis tentang film yang lagi dalam proses ini. Saya tergelitik ingin menulis ini karena barusan saya membaca status kawan saya di fesbuk yang berbicara tentang Miyabi dan rencananya bermain film di sini.

Dalam pandangan kawan saya, siapa pun yang mengenal Miyabi dan tahu bahwa dia adalah bintang film porno, berarti pernah menonton filmnya. Saya terkaget" sendiri membacanya. How come? Saya tahu benar siapa Miyabi, tapi sungguh, saya baru tahu wajahnya setelah dia muncul di mana" karena film Menculik Miyabi (MM) yang akan dilakoninya itu. Itu pun saya merasa menyesal karena baru tahu wajahnya sekarang.

Logika saya begini. Sebuah ilmu pengetahuan, wacana, atau apa pun istilahnya, tidaklah akan pernah ada ruginya ketika kita mempergunakannya di jalanNya. Sebagai seorang ibu, penting sekali kita tahu siapa si A, siapa B, so kita tidak akan pernah dibodohi oleh siapa pun. Bayangkan seandainya anak" kita diberi sekumpulan koleksi film Miyabi dan kita dibodohi bahwa itu hanyalah film kartun? (suer, ini kejadian nyata).Na'udzubillah...jangan sampai kejadian itu menimpa kita...

Mengetahui siapa Miyabi bukan berarti kita harus pernah nonton film" apa yang pernah dilakoninya. Saya tahu siapa Miyabi. Banyak kok yang ngomongin siapa Miyabi. Maria Ozawa alias Miyabi adalah bintang film porno dari Jepang. Itu cukup membuat kita warning andai ada yang berbicara tentang dia. Apalagi di depan anak" kita atau keluarga kita. Saya agak menyesal baru tahu wajahnya sekarang. Menyesal karena andai ada yang membodohi saya dengan memberikan koleksi filmnya pada keluarga saya dengan wajah dia dan dengan nama yang disamarkan, saya tidak akan tahu bahwa itulah si Miyabi. Syukurlah itu hanya pengandaian saya aja.

Well, bicara tentang filmnya sendiri, terus terang saya tidak tahu harus ngomong apa. Saya tahu siapa Raditya Dika, si penulis film MM ini. Saya suka dengan tulisan"nya. Saya suka dengan blognya. Saya juga suka dengan novel"nya. Saya bahkan mengenalkan novelnya kepada suami saya, yang tidak suka membaca novel, dan beliau pun menyukainya. Tapi karena keterlibatan dia di film ini, terus terang saya ingin meninjau ulang keberpihakan saya kepadanya, walaupun setengah mati dia tereak bahwa filmnya tidak mengandung unsur porno sama sekali.

Saya memang setengah yakin bahwa filmnya tidak ada unsur pornonya babar blas. Saya pun tahu pemilihan Miyabi dan penggunaan namanya untuk judul film ini murni pertimbangan bisnis semata. Terbukti geger film ini sudah menimbulkan keingin tahuan semua lapisan masyarakat yang artinya cukup bisa diprediksi berapa orang yang nantinya ingin tahu seperti apa sih sebenarnya filmnya dan dipastikan akan mendatangi bioskop untuk memuaskan keingintahuan tersebut.

Cuma masalahnya, kenapa harus Miyabi? Bagaimana pun stigma tetap akan melekat kepada yang bersangkutan ke mana pun dan di mana pun dia akan berada. Selama yang bersangkutan juga tidak pernah berupaya untuk merubahnya. Siapa sih yang tidak kenal Miyabi? So, filmya, sebersih apa pun, pastinya akan tidak lepas dari stigma tersebut.

Di lain pihak, kok sepertinya kita sudah kehabisan dengan artis" yang 'bersih' sehingga harus memakai Miyabi untuk mendongkrak perolehan untung yang banyak? Bukankah itu artinya sudah tidak percaya dengan jalannya rejeki, which means tidak percaya dengan janji Allah?

Bahkan cobalah kita renungkan. Andai benar Miyabi di sini bermain film 'bersih', tidakkah ke depan orang akan lebih memujanya, menyanjungnya, dan 'merestui' apa pun polah dia nantinya, bahkan pun seandainya dia kembali bermain film esek" lagi? Inikah yang ingin diciptakan? Ya Allah...ampuni kami jika salah mengambil langkah...

Well, jika Miyabi, si bintang porno saja sudah dipuja dan bahkan dipercaya sebagai si pemberi rejeki, saya tidak tahu, akan menjadi seperti apa negeri kita ini kelak.

Seorang ibu yang sedang gundah gulana,

Ummu Rasyid

Kamis, 08 Oktober 2009

Noordin M. Top Tamat ... Prestasi Biasa Atau Prestasi Tinggi Polri?

Sebetulnya apa yang saya tulis ini sudah berlalu cukup lama tapi saya baru sempat menuangkan pemikiran dan penilaian saya sekarang ...

Beberapa waktu lalu, pada tanggal 17 September 2009, Kepolisian RI berhasil 'menyelesaikan' kisah teror dan pemboman di Indonesia yang didalangi oleh Noordin M. Top (NMT).

Di satu sisi, ini adalah suatu prestasi yang baik bagi Kepolisian RI karena dengan berakhirnya hidup NMT maka perjalanan teror dan pemboman di Indonesia akan berhenti atau setidaknya berhenti sementara waktu sampai organisasi NMT berhasil menemukan pemimpin yang baru, yang tentu tidak akan terpilih dalam waktu yang singkat.

Di sisi lain, jika saya harus menilai prestasi Kepolisian dalam skala 1-10 ... maka nilai yang saya berikan adalah 6. Dan dalam penilaian saya, Kepolisian tidak seharusnya berbangga setinggi langit karena sudah bisa menembak mati NMT.
Mengapa? Bukan karena saya sentimen terhadap Kepolisian atau jadi fans-nya NMT (I'm not insane though I work in a mental hospital). Alasannya adalah dalam suatu perang, menangkap lawan hidup-hidup adalah penting dan merupakan suatu prestasi yang tinggi.

Banyak keuntungan yang bisa didapat dari penangkapan dibanding tembak mati, walaupun tingkat kesulitannya jelas lebih sulit. Dari 'tawanan' kita bisa mengambil banyak informasi tentang kegiatan dan strategi mereka. Tentang masalah kebenarannya, itu memang perlu di-cross check lagi dan diteliti. Tapi intinya, kita bisa mendapat informasi secara langsung.

Keuntungan lain, penangkapan hidup-hidup, terutama jika yang ditangkap pemimpinnya, akan menimbulkan rasa shock bagi anggota organisasi lawan. Mereka akan merasa takut, merasa gagal (melindungi teman atau pimpinannya) ... secara moral mereka sudah kalah.

Tembak mati adalah cara penyelesaian yang 'luar biasa' gampang, sederhana dan dianggap menyelesaikan masalah. Tapi kerugiannya, informasi yang bisa dikorek jadi hilang (kita tidak mungkin menginterogasi mayat kan?). Di organisasi lawan, bisa timbul rasa keberanian, karena dengan bertempur lalu mati, ada anggapan bahwa mereka berjihad dan mati syahid, atau akan terbebas dari siksaan lawan jika tertangkap.

Bagi saya, saat NMT sudah terkepung di rumahnya, itu hanya tinggal menunggu waktu saja dan seandainya Kepolisian bersabar, bukan tidak mungkin NMT dan temannya akan menyerah atau akan kehabisan bahan makanan dan sebagainya sehingga lebih mudah dilumpuhkan.

Saya jadi ingat dulu saat masih SD sering nonton film seri "Hunter" yang dibintangi Fred Dryer. Di awal musim, tokoh antagonis dalam film itu selalu mati tertembak ... tapi kemudian si sutradara dan pembuat cerita sadar bahwa itu bukan tontonan yang baik dan tidak ada 'prestasinya'. Di musim selanjutnya, mayoritas tokoh antagonisnya akhirnya bisa ditangkap dan dipenjarakan. Dan memang seharusnya begitu.

Ini pendapat saya, mungkin teman-teman lain ada pendapat yang berbeda atau memandang dari sisi lain. Well, we all are different ...
Semoga Ike Rochmad membaca pemikiran saya dan bisa menanggapi ... he he, soale nggak ada yang dari Kepolisian, jadi dari TNI boleh deh ... ha ha ha.

That's all, folks ...

Kamis, 01 Oktober 2009

bencana (lagi)

Belum selesai kita menghadapi gempa Jawa Barat, kini Ranah Minang digoyang juga. Seharusnya dengan kepahaman kita akan posisi yang berada di atas cincin pegunungan api, menjadikan kita siap serta tidak terkaget-kaget lagi apabila gempa hadir kembali.

Yang membuat miris saat menyaksikan tayangan (yang katanya) LIVE di media televisi, bukan saja banyaknya rumah, gedung, dan fasilitas umum yang rusak, tapi jauh daripada itu semua, adalah kondisi warga yang kebetulan tertangkap kamera hanya menonton atau menemani sang wartawan yang sedang melaporkan berita terkini dengan tergagap-gagap. Numpang mejeng? Ah tentu boleh saja. Tapi kan sekarang kondisi bencana. Memangnya mereka tidak memiliki keluarga untuk diselamatkan atau tetangga yang membutuhkan bantuan?

Salah satu jargon yang melekat pada fase awal bencana adalah Yo-Yo 24H, yang artinya you on your own for 24 hours! Kasarnya, jangan ngarepin bantuan datang deh sampai besok. mending apa yang bisa kita kerjakan dikerjakan dahulu. Konsep ini melahirkan kemandirian korban bencana dalam mengatasi kondisi yang ada sesuai kemampuan mereka. Konsep ini juga melahirkan konsep berikut dalam siklus bencana yaitu disaster preparedness (kesiapansiagaan) dan mitigation (pelunakan). Untuk bisa survive dalam 24 jam, masyarakat yang menjadi korban harus sudah disiapkan dulu. Dan untuk mengurangi jatuhnya korban lebih banyak, masyarakat perlu tahu upaya-upaya untuk menghindari bertambahnya kematian.

Jika ini berjalan, seharusnya tidak ada lagi rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang lumpuh, administrasi pemerintahan tetap berjalan, dan seterusnya dan seterusnya. Tentunya dengan tingkatan yang berbeda dari kondisi normal. Keadaan darurat sewajarnya diartikan untuk melipatduakan potensi dan usaha yang dimiliki bukan menurunkan dan mematikan aktivitas yang sudah rutin bergulir.

Sangat manusiawi jika para pelayan publik itu berusaha menyelamatkan dan mendahulukan kepentingan pribadi dan keluarganya dalam siatuasi genting. Namun sekali lagi, hal ini tidak boleh berkepanjangan dan menjadikan mereka malfungsi yang menyebabkan pelayanan publik lumpuh. Puskesmas dan RS boleh saja tutup, kantor pemerintahan boleh sepi dari karyawan, toko, pom bensin masih tutup saat gempa. Namun sesegara mungkin ketika kondisi aman tercapai, aktivitas menanggulangi akibat gempa sudah bisa dimulai.

Jadi, jangan sampai ada lagi isu klenik yang menyangkutpautkan kejadian bencana dengan terpilih dan akan dilantiknya seseorang di antara kita menjadi presiden RI.