Kamis, 08 Oktober 2009

Noordin M. Top Tamat ... Prestasi Biasa Atau Prestasi Tinggi Polri?

Sebetulnya apa yang saya tulis ini sudah berlalu cukup lama tapi saya baru sempat menuangkan pemikiran dan penilaian saya sekarang ...

Beberapa waktu lalu, pada tanggal 17 September 2009, Kepolisian RI berhasil 'menyelesaikan' kisah teror dan pemboman di Indonesia yang didalangi oleh Noordin M. Top (NMT).

Di satu sisi, ini adalah suatu prestasi yang baik bagi Kepolisian RI karena dengan berakhirnya hidup NMT maka perjalanan teror dan pemboman di Indonesia akan berhenti atau setidaknya berhenti sementara waktu sampai organisasi NMT berhasil menemukan pemimpin yang baru, yang tentu tidak akan terpilih dalam waktu yang singkat.

Di sisi lain, jika saya harus menilai prestasi Kepolisian dalam skala 1-10 ... maka nilai yang saya berikan adalah 6. Dan dalam penilaian saya, Kepolisian tidak seharusnya berbangga setinggi langit karena sudah bisa menembak mati NMT.
Mengapa? Bukan karena saya sentimen terhadap Kepolisian atau jadi fans-nya NMT (I'm not insane though I work in a mental hospital). Alasannya adalah dalam suatu perang, menangkap lawan hidup-hidup adalah penting dan merupakan suatu prestasi yang tinggi.

Banyak keuntungan yang bisa didapat dari penangkapan dibanding tembak mati, walaupun tingkat kesulitannya jelas lebih sulit. Dari 'tawanan' kita bisa mengambil banyak informasi tentang kegiatan dan strategi mereka. Tentang masalah kebenarannya, itu memang perlu di-cross check lagi dan diteliti. Tapi intinya, kita bisa mendapat informasi secara langsung.

Keuntungan lain, penangkapan hidup-hidup, terutama jika yang ditangkap pemimpinnya, akan menimbulkan rasa shock bagi anggota organisasi lawan. Mereka akan merasa takut, merasa gagal (melindungi teman atau pimpinannya) ... secara moral mereka sudah kalah.

Tembak mati adalah cara penyelesaian yang 'luar biasa' gampang, sederhana dan dianggap menyelesaikan masalah. Tapi kerugiannya, informasi yang bisa dikorek jadi hilang (kita tidak mungkin menginterogasi mayat kan?). Di organisasi lawan, bisa timbul rasa keberanian, karena dengan bertempur lalu mati, ada anggapan bahwa mereka berjihad dan mati syahid, atau akan terbebas dari siksaan lawan jika tertangkap.

Bagi saya, saat NMT sudah terkepung di rumahnya, itu hanya tinggal menunggu waktu saja dan seandainya Kepolisian bersabar, bukan tidak mungkin NMT dan temannya akan menyerah atau akan kehabisan bahan makanan dan sebagainya sehingga lebih mudah dilumpuhkan.

Saya jadi ingat dulu saat masih SD sering nonton film seri "Hunter" yang dibintangi Fred Dryer. Di awal musim, tokoh antagonis dalam film itu selalu mati tertembak ... tapi kemudian si sutradara dan pembuat cerita sadar bahwa itu bukan tontonan yang baik dan tidak ada 'prestasinya'. Di musim selanjutnya, mayoritas tokoh antagonisnya akhirnya bisa ditangkap dan dipenjarakan. Dan memang seharusnya begitu.

Ini pendapat saya, mungkin teman-teman lain ada pendapat yang berbeda atau memandang dari sisi lain. Well, we all are different ...
Semoga Ike Rochmad membaca pemikiran saya dan bisa menanggapi ... he he, soale nggak ada yang dari Kepolisian, jadi dari TNI boleh deh ... ha ha ha.

That's all, folks ...

2 komentar:

sang petualang mengatakan...

analisis yg bagus. Sepertinya semua sepakat bahwa Noordin M. Top (yg udah nggak ngetop lagi...) lebih bermanfaat ketika dia hidup. Ups, jangan salah menangkap maksudku. Yg kumaksud ya kaya analisa Joep, nggak mungkin ngajak mayat ngobrol, cuma ahli forensik yang masih bisa "menginterogasi" mayat.

Satu sisi ada lagi kekurangan dari drama pembunuhan M Top. Dia tidak akan pernah terbukti secara hukum bahwa betul dialah dalang terorisme di Indonesia. Setidaknya jika sudah jatuh putusan pengadilan ada payung yuridis yang mengesahkan memang betul si M Top tukang ngebom. Bukan sekedar karang-mengarang, atau titipan negara besar dalam kampanye perang melawan terorisme.

dr. Sri Indah Aruminingsih mengatakan...

lo...NMT ditembak tho? bukannya dia meledakkan diri? yg ditembak tu bukannya baim? wadoh..maap yak aku pas pemberitaan NMT lg jd org apatis, so cm ngerti dr omongan org" aja..:(