Sabtu, 14 Agustus 2010

Mavi Marmara Diserang! bagian 12

Posisi korban tidak bagus untuk melakukan pertolongan di tempat. Dari tempat korban tergeletak, kelihatan sekali helikopter persis di depannya. bekerja di bawah desingan peluru bukan pilihan bijak. Dokter yang berguna ya dokter yang mati. Jadi gw berusaha meminta supaya korban dibawa ke dekat gw yang lebih aman. Tapi karena kayanya mereka nggak denger, jadi gw dan beberapa orang berlari ke arah korban, mencengkeram bajunya, dan menyeretnya ke belakang. Saat gw memeriksa korban, satu orang yang ternyata korban pertama gw udah jongkok megangin kepala korban.

Jari gw menelusuri leher korban. Semua sisi yang gw perkirakan tempat arteri carotis jalan gw raba. Kiri kanan, nggak terasa. Sementara dari korban terdengar suara stridor seperti orang ngorok. Saat akan membuka kelopak matanya yang terpejam itu lah baru gw sadar bahwa persis di antara kedua alisnya ada satu luka kecil. Cuma sebesar pensil. Luka peluru.
Pemeriksaan gw berhenti. Peluru masuk di daerah tersebut pasti fatal. Sweet spot para sniper. 100% akan mati.

Jadi gw umumkan kalo korban sudah meninggal. Seorang relawan meminta gw melakukan CPR. Gw bilang CPR nggak akan bermanfaat pada korban dengan kerusakan otak parah. Mendengar itu, relawan yang megangin kepala korban kontan teriak histeris. Sambil mendesis dia berbisik ke gw,"Doctor, I can feel his brain on my hands!"

1 komentar:

ummu mumtazah mengatakan...

salah tempat.. lanjutane mana ??