
Setelah melepas keberangkatan Mavi Marmara, masih ada sehari lagi di Istanbul sebelum kami akan menyusulnya. Mavi Marmara memang menyusuri Laut Marmara lewat Selat Bophorus sebelum nanti menunggu kami di Laut Mediterran. Kebanyakan relawan akan ke Antalya, kota pelabuhan Mavi Marmara akan sandar, dengan bus sebagian lagi yg punya dana lebih menggunakan pesawat.
Jadinya Minggu pagi, dalam udara yang masih dingin menurut gw yang biasa berpanas-panasn, dengan kamera gw coba berkeliling nyari objek yang layak foto. Gaya gw udah kaya tukang foto keliling aja waktu itu. Bayangin aja sendiri, jaket windbreaker, sendal gunung, kacamata item, kamera SLR, nggak pas banget dengan suasana yang menurut orang lokal udah mulai panas. Tapi emang gw pikirin, yang penting kan cari objek foto...
Maka jadilah tuh SLR sasaran eksplorasi gw, secara gw juga baru beberapa bulan bulan megang kamera hi-tech. Teori sih sering baca, praktek masih pake semi-pro ato malah kadang pocket camera. Ada patung penaklukan Istanbul oleh Sultan Fatih, saluran air yang awalnya gw kira jembatan, mesjid (ini yang paling spektakuler dari sisi arsitektur), dan sekumpulan orang lokal yang lagi asik ngerumpi sambil ngopi. Dan kayanya mereka ga keberatan difoto oleh turis kaya gw.
Sayangnya ga banyak orang sini yang bisa bahasa Inggris, jadi gw susah nyari arah atao kalo mo pergi lebih jauh. Paling asik sih naik bus umum, murah meriah. Tapi karena kagak tau rutenya, nggak pegang peta Istanbul, plus kagak mau jauh-jauh dari hotel, yah akhirnya cuma muter-muter doang.
Oh ya, udah gw ceritain sebelumnya tentang daylight saving. Jadi karena asik muter, nggak sadar udah jam 7 pm. Terang bener, nggak ada tanda matahari tenggelam. Kl nggak liat jam mah mikirnya masih jam 3 sore.
Jadi setelah capek, gw nelpon ke temen2 yang lagi di hotel untuk janjian makan malem di saat masih terang di resto dekat hotel. menu favorit kami sama, NASI. whatever rekomendasi pelayan di resto yang kami masuki, pertanyaan pertama, ada nasi apa enggak. Roti mah tambahan kalo masih laper, dan biasanya kami jarang bisa menghabiskan satu porsi sendirian. Beli satu porsi untuk berdua. Lauknya biasanya milih daging atau ayam, yang sering ada. Jangan nyari tempe, tahu, telor, atau menu warteg lain disini. Ngimpi...!
Well, kami harus mengisi perut dengan layak karena malam nanti kami akan berangkat menuju Antalya dengan bus bersama dengan rombongan relawan lain.
2 komentar:
riff....mana lanjutannya?
Salut kepada Arief yang karena kaikhlasannya dan keyakinannya membantu sesama yang selama ini hidup tertindas oleh keserakahan sekelompok manusia yang tak bermoral.
Mungkin bila semua orang, semua negara menyadari tidak ada yang indahnya mengobarkan permusuhan, mungkin perdamaian sejati akan lahir di dunia ini...
Posting Komentar